Pemerintah selalu memperhatikan masalah pemenuhan gizi balita karena malnutrisi, salah satu masalah kesehatan yang paling umum menimpa balita di Indonesia, dan akan berdampak pada kualitas sumber daya manusia. Terlepas dari adanya tren penurunan angka prevalensi malnutrisi, jumlah balita di Provinsi Kalimantan Selatan dengan gejala stunting dan underweight masih lebih tinggi daripada jumlah nasional. Namun, sistem yang digunakan untuk mengklasifikasikan status gizi balita biasanya dilakukan secara manual. Akibatnya, klasifikasi menjadi tidak efisien dan menghabiskan banyak waktu. Akibatnya, tujuan penelitian ini adalah untuk mempelajari bagaimana proses klasterisasi status gizi balita terjadi, serta karakteristik anggota yang terlibat dalam hasil pengelompokan setiap klaster. Dalam penelitian ini menggunakan variabel yang sesuai dengan standar antropometri balita dari Puskesmas Sungai Ulin Banjarbaru dalam rentang bulan Maret hingga bulan Desember 2020. Penelitian ini menggunakan K-Medoids Clustering yang tidak sensitif terhadap outlier dengan pendekatan dalam menentukan jumlah klaster optimal menggunakan Indeks Dunn serta evaluasi hasil pengelompokan menggunakan rasio keragaman. Jumlah klaster yang direkomendasikan untuk status gizi stunting (gangguan pertumbuhan tinggi balita) adalah untuk balita laki-laki dan untuk balita perempuan. Sedangkan, pada klasterisasi status gizi underweight (kekurangan berat badan balita) direkomendasikan membentuk untuk masing-masing pengelompokkan balita laki-laki maupun balita perempuan.