DIGITAL LIBRARY



JUDUL:HUBUNGAN BUDAYA DENGAN KEJADIAN HIPERTENSI DI DAERAH PINGGIRAN SUNGAI WILAYAH KERJA PUSKESMAS MARTAPURA BARAT
PENGARANG:NATHASYA NISVIA
PENERBIT:UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
TANGGAL:2024-01-05


Latar belakang: Kebiasan atau budaya dari masyarakat banjar dapat menjadi faktor risiko hipertensi, karena masyarakat sering mengonsumsi makanan atau minuman yang berisiko, makanan khasnya seperti ketupat kandangan, iwak karing betanak, nasi kuning dan masakan khas banjar lainnya yang cenderung berlemak, bersantan, terlalu manis atau asin, makanan berpengawet, dibakar, daging dan gorengan terus menerus akan tetapi kurang mengonsumsi sayur dan buah, kurangnya olahraga serta kurang aktifitas fisik yang dapat menyebabkan tingginya kejadian hipertensi. Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018 prevalensi hipertensi penduduk usia 18 tahun ke atas di Indonesia adalah sebesar 34,1%, prevalensi kejadian hipertensi tertinggi di Kalimantan Selatan 44,1%, dan terendah di Papua sebesar 22,2%.

Tujuan: Untuk mengetahui hubungan budaya dengan kejadian hipertensi di daerah pinggiran sungai wilayah kerja Puskesmas Martapura Barat.

Metode: Desain Penelitian ini menggunakan korelasional dengan pendekatan cross sectional. Teknik pengambilan sampel yaitu menggunakan teknik convenience sampling pada 42 orang. Data diambil dengan kuesioner tentang budaya. Data dianalisis menggunakan uji Spearman (α>0,05).

Hasil: Terdapat adanya hubungannegatif antara budaya dengan kejadian hipertensi di daerah pinggiran sungai wilayah kerja Puskesmas Martapura Barat. Hasil penelitian menunjukkan tingginya angka hipertensi dikarenakan kurang baiknya budaya.

Pembahasan: Budaya memiliki hubungan yang signifikan dengan hipertensi. Semakin budayanya kurang baik maka hipertensi akan mengalami peningkatan begitupun sebaliknya.

 

 

Kata Kunci: Budaya, Hipertensi, Daerah Pinggiran Sungai

Berkas PDF
NODOWNLOAD LINK
1FILE 1



File secara keseluruhan dapat di unduh DISINI