Latar Belakang: Perawat ICU sebagai salah satu tim kesehatan harus mempunyai pengetahuan dan juga keahlian khusus untuk menangani kondisi pasien yang kritis, dan menilai keadaan umum pasien yang cenderung fluktuatif. Rasa stres serta tekanan yang dialami oleh perawat ICU apabila tidak diatasi secara cepat dan tepat maka akan mengakibatkan terjadinya burnout syndrome. Perawat mengalami stres atau tidak, di tentukan oleh diri perawat itu sendiri. Kepercayaan atau keyakinan diri yang dimiliki oleh seseorang terhadap kemampuannya dalam menjalankan tugas untuk mencapai sebuah target tertentu inilah yang dikenal dengan efikasi diri. Efikasi diri merupakan salah satu  dari faktor yang bisa memengaruhi tingkat burnout perawat.

Tujuan: Untuk mengetahui hubungan efikasi diri dengan burnout pada perawat diruang ICU RSUD Ulin Banjarmasin.

Metode: Metode penelitian ini menggunakan analisis kuantitatif dengan desain korelasional dengan pendekatan cross sectional.Sampel penelitian berjumlah sebanyak 66 perawat di ruang ICU RSUD Ulin Banjarmasin. Pengambilan data menggunakan kuesioner dan menggunakan uji analisis korelasi rank spearman.

Hasil: Hasil penelitian didapatkan efikasi diri perawat terbanyak berada di tingkat sedang dengan jumlah 59 perawat (89,40%) dan burnout perawat terbanyak berada di tingkat tinggi dengan jumlah 23 perawat (34,8%). Hubungan antara dua variabel tersebut memiliki hubungan sedang dan arah hubungan negatif, yang berartisemakin tinggi tingkat efikasi diri seorang perawat maka akan semakin rendah juga kejadian burnout yang di alaminya (p value = 0,000 < 0,05; r = -0,422).

Diskusi: Pihak rumah sakit sebagai pihak yang memberikan layanan Kesehatan untuk dijadikan bahan evaluasi dan juga referensi terkait efikasi diri dan kejadian burnout pada perawat. Pihak rumah sakit juga bisa memberikan intervensi, bimbingan dan dukungan kepada setiap perawat agar mereka dapat meningkatkan kualitas layanan dan kualitas kinerja.

Kata Kunci: Burnout, efikasi diri, perawat, ruang ICU