DIGITAL LIBRARY



JUDUL:SISI GELAP HARGA BERAS DI KOTA PALANGKARAYA: PARADOX PROGRAM FOOD ESTATE DI KABUPATEN PULANG PISAU
PENGARANG:ODE MAHARDHIKA
PENERBIT:UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
TANGGAL:2024-01-23


Guna memenuhi kebutuhan beras dalam negeri, pemerintah telah membuat berbagai program pengembangan sektor pertanian, seperti Pogram Lahan Gambut 1 juta hektar, Merauke Integrated Food and Energy Estate (MIFEE) 1,2 juta hektar, Delta Kayan Food Estate 0,5 juta hektar, Jungkat Agri Kompleks 0,25 juta hektar, dan terakhir program Food Estate di Kabupaten Pulang Pisau, Kapuas, dan Gunung Mas Provinsi Kalimantan Tengah. Program food estate di Pulang Pisau berhasil meningkatkan produksi padi, namun harga beras di Kota Palangkaraya tetap mahal. Karenanya, penelitian ini berfokus mengkaji aspek Ekonomi Regional dan Sosio-kultural masyarakat dalam konteks program food estate di Kabupaten Pulang Pisau. Sebagai sampel, diambil Desa Bahaur Tengah sebagai desa berpenduduk asli dan Desa Belanti Siam sebagai desa transmigran. Penelitian ini menggunakan worldviews konstruktivisme dengan tipe penelitian kualitatif.

Hasil penelitian menunjukkan terjadi kenaikan produksi padi di Kabupaten Pulang Pisau. Namun padi tersebut dibeli langsung oleh para tengkulak yang umumnya berasal dari Banjarmasin Kalimantan Selatan. Padi tersebut diolah di Banjarmasin dan dijual kembali dalam bentuk beras ke kota Palangkaraya. Faktor inilah yang menyebabkan harga beras di kota Palangkaraya menjadi mahal. Hal ini terjadi karena secara kultural, Orang Dayak tidak memiliki budaya dagang, berbeda dari Orang Banjar yang sejak dulu kala dikenal sebagai pedagang. Akibatnya, walaupun produksi padi meningkat, tetapi harga beras tetap tinggi karena biaya produksi dan distribusi yang panjang.

Kata kunci: Food Estate, Sosio-kultural, Ekonomi Regional

Berkas PDF
NODOWNLOAD LINK
1FILE 1



File secara keseluruhan dapat di unduh DISINI